Wednesday, November 21, 2012

Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW

Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata:

Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.

Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.

Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.

Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.

Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.

Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.

Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.

Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.

Majlis Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.

Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.

Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.

Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.

(Nukilan Thabarani - Majma'uz-Zawa'id 8:275)

Saturday, October 13, 2012

Kedudukan Mahram Di Dalam Islam Siri II








Sambungan :

Mahram Kerana Musyaharah

Musyaharah berasal dari kata ash-Shihr. Imam Ibnu Atsir rahimahullah berkata, “Shihr adalah mahram karena pernikahan” (An Nihayah 3/63).

Contohnya, mahram yang disebabkan oleh musyaharah bagi ibu tiri adalah anak suaminya dari istri yang lain (anak tirinya) dan mahram musyaharah bagi menantu perempuan adalah bapa suaminya (bapa mertua), sedangkan bagi ibu istri (ibu mertua) adalah suami anak perempuannya (menantu laki-laki) [Al Mufashshol 3/162].

Hubungan mahram yang berasal dari pernikahan ini disebutkan oleh Allah swt dalam firmanNya, yang artinya, “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka,atau ayah mereka,atau ayah suami mereka, atau anak lelaki mereka, atau anak lelaki suami mereka.” (Qs. An-Nur: 31)

“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu (ibu tiri).” (Qs. An-Nisa’: 22)

“Diharamkan atas kamu (mengawini) … ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, dan istri-istri anak kandungmu (menantu).” (Qs. An-Nisa’: 23)

Yang Diharamkan Dengan Sebab Musyaharah (Perkahwinan)

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa orang-orang yang haram dinikahi selama-lamanya karena sebab musyaharah adalah:

1. Ayah mertua (ayah suami)
Mencakup ayah suami atau bapa dari ayah dan ibu suami juga bapa-bapa mereka ke atas (Lihat Tafsir As-Sa’di hal: 515, Tafsir Fathul Qodir 4/24 dan Tafsir Qurthubi 12/154).

2. Anak tiri (anak suami dari istri lain)
Termasuk anak tiri adalah cucu tiri baik cucu dari anak tiri lelaki maupun perempuan, begitu juga keturunan mereka (Lihat Tafsir Qurthubi 12/154 dan 5/75, Tafsir Fathul Qodir 4/24, dan Tafsir Ibnu Katsir 1/413).

3. Ayah tiri (suami ibu tapi bukan bapa kandungnya)
Haramnya pernikahan dengan ayah tiri ini berlaku ketika ibunya telah jimak dengan ayah tirinya sebelum bercerai. Namun, jika belum berlaku jimak, maka diperbolehkan.
Abdullah Ibn Abbas ra berkata, “Seluruh wanita yang pernah dinikahi oleh bapa maupun anakmu, maka dia haram bagimu.” (Tafsir Ath- Thobari 3/318)

4. Menantu laki-Laki (suami anak perempuan kandung)
Dan kemahraman ini terjadi sekadar anak perempuannya diakadkan kepada suaminya (Tafsir Ibnu Katsir 1/417).

Laki-laki yang Bukan Mahram bagi Wanita

1. Ayah Dan Anak Angkat
Hukum pengangkatan anak telah dihapuskan dalam Islam sehingga seseorang tidak dapat mengangkat anak kemudian dinasabkan kepada dirinya. Allah swt berfirman, yang artinya, “Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan (yang benar).” (Qs. Al-Ahzab: 4)

Anak angkat tersebut juga tidak dapat menjadi ahli warisnya, karena pada hakikatnya anak tersebut dinilai sebagai orang lain.

2. Sepupu (Anak bapa saudara/ibu saudara dari ayah maupun dari ibu)
Allah swt berfirman tentang hal ini setelah menyebutkan tentang bermacam-macam orang yang haram dinikahi, artinya, “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapanNya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian…” (Qs. An-Nisa’: 24)

3. Saudara Ipar
Perkara ini berdasarkan pada keterangan hadis, “Waspadailah oleh kalian, menemui para wanita,” Berkatalah seseorang dari puak Ansar, “Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu kalau dia adalah Al-Hamwu (saudara lelaki sebelah suami)?” Rasulullah bersabda, “Al-Hamwu adalah merupakan kematian.” (HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172)

Imam Al-Baghawi berkata, “Yang dimaksud dalam hadis ini adalah saudara lelaki sebelah suami (ipar) karena dia tidak termasuk mahram bagi si istri. Dan seandainya yang dimaksud adalah mertua padahal ia termasuk mahram, lantas bagaimanakah pendapatmu terhadap orang yang bukan mahram?” Beliau selanjutnya berkata, “Maksudnya, waspadalah terhadap saudara ipar sebagaimana engkau waspada dari kematian.”

4. Mahram Titipan
Biasanya yang sering terjadi adalah apabila ada seorang wanita yang akan bepergian jauh (safar) seperti megerjakan umrah, dia mengangkat seorang lelaki yang ‘berlakon’ sebagai mahram sementaranya. Ini merupakan musibah yang sangat besar dan juga amalan bid’ah yang amat terang.

Hukum Wanita dengan Mahramnya
Antaranya ialah:

1.Tidak boleh menikah dengan mahramnya.
Berdasarkan firman Allah swt, “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan ; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapamu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nisa’ ayat 22-23)

2. Mahram boleh menjadi wali pernikahan.
Wali adalah syarat sah sebuah pernikahan, riwayat dari Abu Musa Al Asyaari berkata, Rasulullah saw bersabda, “Tidak sah nikah kecuali dengan ada wali.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Hibban. Hadits shahih)

Namun tidak semua mahram berhak menjadi wali pernikahan, begitu juga sebaliknya, tidak semua wali datang dari mahramnya. Contoh wali yang bukan dari mahram ialah seperti anak laki-laki bapa saudara (saudara sepupu laki-laki), orang yang telah memerdekakannya, sultan. Adapun mahram yang tidak boleh menjadi wali ialah seperti mahram karena musyaharah (pernikahan).

3. Wanita tidak boleh safar (bepergian jauh) kecuali dengan mahramnya.
Banyak sekali hadits tentang larangan safar bagi wanita tanpa mahramnya.
Dari Abu Hurairah ra katanya Rasulullah saw dalam satu peperangan bersabda, “Tidak halal bagi wanita yang beriman pada kepada Allah dan hari akhir untuk mengadakan safar sehari semalam tidak bersama mahramnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Tidak boleh berkhalwat (berdua-duaan), kecuali bersama mahramnya.
Dari Ibn Abbas ra, beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Janganlah seorang lelaki berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya, juga jangan safar dengan wanita kecuali bersama mahramnya.” Seorang laki-laki berdiri lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya isteri saya pergi mengerjakan haji, padahal saya menyertai dalam sebuah peperangan.” Maka Rasulullah menjawab, “Berangkatlah untuk berhaji dengan istrimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Tidak boleh menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada mahramnya.

6. Tidak boleh berjabat tangan kecuali dengan mahramnya.
Dari Makqil bin Yasar ra, Rasulullah saw bersabda, “Seandainya kepala orang ditusuk jarum dari besi itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dan Rauyani. Hadits Hasan)

(Sumber dari artikel : Mahram bagi Wanita-Wanita :Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif -majalah Al Furqon, Edisi 4/ II)

Kedudukan Mahram Di Dalam Islam Siri 1







Kekadang di dalam masyarakat kita soal mahram jarang diambil peduli dan sesetengah mengatakan bahawa sepupu disebelah bapa tidak boleh berkahwin. Selain itu persoalan anak susu juga tidak diambil peduli oleh mereka-mereka yang menyusukan anak jirin hanya dengan maksud menolong. Juga kita dapati di dalam masyarakat kita soal anak angkat juga tidak dititikberatkan oleh keluarga angkat soal aurat. Selain itu aurat sebab Musyaharah atau perkahwinan, juga tidak dititikberatkan di dalam masyarakat kita. Maka rasa terpanggil untuk saya ketengahkan soal mahram anak susuan , kerana perkahwinan dan anak angkat agar kita lebih jelas. Insyaallah


Takrifan Mahram

Mahram adalah semua orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya kerena sebab nasab, persusuan dan pernikahan (Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam al-Mughni 6/555). Sedangkan muhrim adalah orang yang sedang melakukan ihram dalam haji atau umrah.


Pembagian Mahram

Syaikh ‘Abdul ‘Adzim bin Badawi Al-Khalafi (lihat Al-Wajiiz) menyatakan bahwa, seorang wanita haram dinikahi karena tiga sebab, iaitu karena nasab (keturunan), persusuan, dan musyaharah (pernikahan). Oleh karena itu, mahram wanita juga terbagi menjadi tiga macam yaitu mahram karena nasab atau keluarga, persusuan dan pernikahan.


Mahram Karena Nasab

Mahram karena nasab adalah mahram yang berasal dari hubungan darah atau hubungan keluarga.
Allah swt berfirman dalam surat An-Nur ayat 31, yang artinya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau bapa mereka atau bapa suami mereka atau anak-anak lelaki mereka atau anak-anak lelaki suami mereka atau saudara-saudara lelaki mereka atau anak-anak lelaki saudara laki-laki mereka atau anak-anak lelaki saudara perempuan mereka.”

Para ulama’ tafsir menjelaskan, “Sesungguhnya lelaki yang merupakan mahram bagi wanita adalah yang disebutkan dalam ayat ini, adalah:

1. Bapa
Termasuk dalam kategori bapa yang merupakan mahram bagi wanita adalah datok,samaada datok dari sebelah bapa maupun dari sebelah ibu. Juga bapa-bapa mereka ke atas. Adapun bapa angkat, maka ianya tidak termasuk mahram bagi wanita. Hal ini berdasarkan pada firman Allah swt yang artinya, “Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu.” (Qs. Al-Ahzab: 4)

2. Anak laki-laki
Termasuk dalam kategori anak laki-laki bagi wanita adalah cucu, baik cucu dari anak lelaki maupun anak perempuan dan keturunan mereka. Adapun anak angkat, maka dia tidak termasuk mahram berdasarkan pada keterangan di atas.

3. Saudara lelaki,
Baik saudara lelaki kandung maupun saudara sebapa ataupun seibu saja.Saudara lelaki tiri yang merupakan anak kandung dari bapa sahaja atau dari ibu saja termasuk dalam kategori mahram bagi wanita.

4. Anak Saudara,
Baik dari saudara laki-laki maupun perempuan dan anak keturunan mereka. Kedudukan anak saudara dari saudara kandung maupun saudara tiri sama halnya dengan kedudukan anak dari keturunan sendiri. (Lihat Tafsir Qurthubi 12/232-233)

5. Bapa Saudara,
Baik bapa saudara dari sebelah bapa ataupun dari sebelah ibu.
Syaikh Abdul Karim Zaidan mengatakan dalam Al-Mufashal Fi Ahkamil Mar’ah (3/159), “Tidak disebutkan bahwa bapa termasuk mahram dalam ayat ini (QS. An-Nur: 31) karena kedudukan bapa saudara sama seperti kedudukan kedua ibubapa, bahkan kadang-kadang bapa saudara juga disebut sebagai bapa.

Allah swt berfirman yang artinya, “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalanku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan bapa-bapamu Ibrahim, Ismail dan Ishaq.” (Qs. Al-Baqarah: 133)

Sedangkan Isma’il adalah bapa saudara dari anak lelaki Ya’qub. Maka bapa saudara termasuk mahram adalah pendapat jumhur ulama’.


Mahram Sebab Ar-Radha’(Susuan)

Ar-radha’ah atau persusuan adalah bermaksud masuknya air susu seorang wanita ke dalam mulut anak kecil dengan syarat-syarat tertentu (al-Mufashol Fi Ahkamin Nisa’ 6/235).

Sedangkan persusuan yang menjadikan seseorang menjadi mahram adalah sebanyak lima kali persusuan, berdasar pada hadits dari `Aisyah radhiyallahu `anha, beliau berkata, “Termasuk yang diturunkan dalam Al Quran bahwa sepuluh kali persusuan dapat mengharamkan (pernikahan) kemudian dihapus dengan lima kali persusuan.” (HR. Muslim 2/1075/1452)

Ini adalah pendapat yang rajih di antara seluruh pendapat para ulama’ (Lihat Nailul Authar 6/749 dan Raudhah Nadiyah 2/175).

Sesetengah ulama mengatakan bahwa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi sebagai tanda berlakunya mahram ar-radha’ (persusuan) ini, yaitu:

1. Telah terjadinya proses penyusuan selama lima kali.
2. Penyusuan terjadi selama masa bayi menyusui yaitu dua tahun sejak kelahirannya.
3. Hubungan mahram yang berasal dari persusuan telah disebutkan oleh Allah swt dalam firmannya tentang wanita-wanita yang haram untuk dinikahi, yang artinya, “Juga ibu-ibu yang menyusui kamu serta saudara-saudara kamu dari persusuan.” (Qs. An-Nisa’: 23)

Dan disebutkan juga oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a ia berkata, “Diharamkan dari persusuan apa-apa yang diharamkan dari nasab.” (HR. Bukhari 3/222/ 2645 dan Muslim 2/1068/ 1447)

Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa mahram bagi wanita dari sebab persusuan adalah seperti mahram dari nasab, yaitu:

1. Bapa Persusuan (suami ibu susu).
Termasuk mahram juga dato persusuan yaitu bapa (ayah) kepada bapa atau ibu persusuan, juga bapa mereka ke atas. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Sesungguhnya Aflah saudara laki-laki Abi Qu’ais meminta izin untuk menemuiku setelah turun ayat hijab, maka aku berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memberi izin kepadamu sebelum aku minta izin kepada Rasulullah, karena yang menyusuiku bukan saudara Abi Qu’ais, akan tetapi yang menyusuiku adalah isteri Abi Qu’ais. Maka tatkala Rasulullah datang, aku berkata,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya lelaki tersebut bukanlah yang menyusuiku, akan tetapi yang menyusuiku adalah saudara isterinya. Maka Rasulullah bersabda, “Izinkan baginya, karena dia adalah bapa saudaramu.” (HR. Bukhari: 4796 dan Muslim: 1445)

2. Anak lelaki dari ibu susu.
Termasuk anak susu adalah cucu dari anak susu baik laki-laki maupun perempuan. Juga anak keturunan mereka.

3. Saudara laki-laki sepersusuan.
Baik dia saudara susu kandung, sebapa maupun seibu.

4. Anak Saudara persusuan
Baik anak saudara persusuan laki-laki maupun perempuan, juga keturunan mereka.

5. Bapa Saudara persusuan (saudara laki-laki bapak atau ibu susu).
(Lihat al-Mufashol 3/160)

(Rujukan : Dari artikel Mahrom bagi Wanita 2 (Ahmad Sabiq bin ‘Abdul Lathif), majalah Al Furqon, Edisi 4/ II)

Thursday, September 20, 2012

Poligami Anjuran Atau Dharurat ?






Hampir semua wanita tidak suka suami mereka berpoligami. Malah wanita solehah yang beriman lagi takwa pun tidak suka jika suami mereka berpoligami. Ini memang sifat semulajadi yang ada pada wanita. Kalau ada yang menggalakkan suami untuk kahwin lebih dari satu, berkemungkinan kerana dharurat yang memaksa suami berbuat demikian. Namun pada umumnya wanita memang tidak menyukai suami mereka kahwin lebih dari satu.

Diriwayatkan bahawa Saidatina Fatimah r.ha pun cemburu dan tidak menyukai bilamana suaminya Saidina Ali r.a berhasrat ingin kahwin lagi satu. Beliau telah mengadu kepada bapanya Nabi saw yang seterusnya bersabda ,” Fatimah sebahagian dariku dan aku sebahagian dari Fatimah, sesiapa menyinggung Fatimah maka ianya menyinggung aku dan sesiapa yang menyinggung aku maka ianya menyinggung Allah swt.” (Hikayatus Sahabah)

Ini membuktikan bahawa umumnya wanita tidak suka suaminya berpoligami miski pun mereka yang baik amalan agamanya serta berada di dalam lingkungan suasana keagamaan sekali pun.

Rumahtangga yang harmoni dan bahagia biasanya akan terhasil di dalam keluarga yang suaminya hanya berkahwin satu. Rumahtangga sebegini lebih ampuh dan terancang baik dari segi kehidupan keduniaan maupun kehidupan keagamaan. Membahagikan masa untuk kehidupan keduniaan dan kehidupan keagamaan lebih sempurna malah hak-hak isteri dan anak-anak lebih dapat disempurnakan oleh suami.

Rumahtangga yang di dalamnya suami berkahwin lebih dari satu agak sukar untuk kita bahagikan masa-masa berkenaan. Masa untuk agama dan keluarga biasanya tidak dapat kita sempurnakan dengan betul dan baik. Sifat cemburu di kalangan isteri dan anak-anak pastinya tidak akan dapat dielakan. Cintakasih untuk anak-anak dan isteri tidak akan sama dengan cintakasih seorang isteri dan anak-anak dari ibu yang satu. Ini semua tidak dapat kita nafikan, tanyalah pada mereka yang berpoligami, dan tanyalah pada siteri-isteri dan anak-anak yang suami atau bapa mereka yang berpoligami. Masa untuk isteri dan anak-anak pastinya terbatas walaupun dia seorang pakar “pengurusan masa” di samping masa kerja, sosial dan lain-lain.

Biasanya kita sebagai suami kekadang tersalah faham dengan firman Allah swt yang selalu diwar-warkan oleh mereka yang berkeinginan berpoligami. Firman Allah swt :

“Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengahwininya), maka kahwinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua,tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka (kahwinlah) seorang sahaja, atau hamba-hamba perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat tidak berbuat aniaya.” (Surah An Nisa :4)

Islam tidak menghalang untuk berkahwin lebih dari satu, namun ayat di atas tidaklah bermaksud bahawa menggalakkan atau ayat taghib/motivasi untuk berkahwin lebih dari satu. Ianya lebih kepada perlindungan kepada anak yatim dan janda korban perang yang berlaku di zaman Nabi saw dan sahabat r.hum. Umumnya ayat ini bermaksud jika sesaorang yang menjadi wali yang memelihara wanita yatim, lalu ianya berkeinginan untuk mengahwini mereka tetapi bimbang tidak boleh berlaku adil, maka Allah swt memberinya jalan untuk mengahwini wanita-wanita lain baik dua,tiga atau empat. (Al Mawardi : An Naktu Wal ‘uyun 01/273 dan Ali Asy Syabuni :Tafsir Ayatil Ahkam 1/189)

Ibnu Abbas ra juga menjelaskan bahawa kebiasaan masyarakat arab berhati-hati di dalam memelihara anak-anak yatim tetapi di dalam perlakuan adil terhadap isteri, mereka tidak berhati-hati. Maka sabab inilah turun ayat di atas sebagai petunjuk bagi mereka.

Fokus ayat di atas adalah anak-anak yatim dan wanita kerana kedua-dua gulongan ini memerlukan perlindungan dan pemeliharaan yang adil. Maka jalan keluar dari permasaalah ini bagi mereka yang menjadi penjaga/pengurus anak/wanita yatim yang ingin mengahwini mereka jika bimbang takut tidak berlaku adil.
Selain itu Kalimat “fankihu” lebih ditujukan kepada wanita merdeka bukan hamba wanita. Juga kalimat “aw ma malakat aimanukum” yang menunjukkan bahawa orang merdeka sahaja yang mempunyai hak ke atas hamba wanita. Maka batasan poligami ini dibolehkan sehingga empat bagi yang merdeka. Namu begitu jika dibimbangi tidak boleh berlaku adil maka sebaiknya adalah satu sahaja. Maka adil menjadi syarat kepada poligami. Keadilan di sini termasuk qismah/giliran, makan minum, pakaian dan juga tempat tinggal.

Rumusan :

Islam memperbolehkan bagi lelaki berpoligami secara “mujma’ alaih” serta hukum kufur jika mengingkarinya namun ulama sekata berpendapat bahawa poligami bukanlah “Ajuran Mutlak” untuk dilakukan. Sesiapa yang ingin berbuat demikian perlu menyemak diri sendiri adakah ia berkesanggupan untuk memenuhi syarat-syarat poligami. Jika syarat-syarat ini tidak dapat dipenuhi maka Islam “Melarang Keras” untuknya melakukan poligami.

Pandangan penulis sebaiknya bagi mereka-mereka yang ingin berpoligami menghadiri kursus perkahwinan khusus untuk poligami seperti mana yang telah diwajibkan bagi bakal-bakal pengantin menghadiri kursus perkahwinan. Sijil khas dikeluarkan sesudah habis program kursus berkenaan. Selain itu anak-anak juga perlupenjelasan khusus oleh bakal-bakal “pengantin poligami” sebab-sebab bapa mahu berpoligami. Moga dengan ini kehidupan yang harmoni boleh dikecapi oleh semua isteri dan anak-anak serta kelansungan kehidupan beragama boleh diteruskan.

Wallahualam.

Thursday, July 19, 2012

Benarkah dunia tidak adil ?

Benarkah dunia tidak adil?

Kata seorang kawan, " Dunia ini memang tidak adil....!"

Berkata pula yang lain, "Eh, tak baik cakap cam gitu, bukankah Allah itu adil?"

" Aku tak kata Allah tak adil, aku kata dunia yang tidak adil...!" jawab yang pertama
mempertahankan hujah.

Sampuk pula yang lain, " Keadilan cuma ada di akhirat kerana jika di dunia semuanya
adil maka takkan ada hari pembalasan...."


***********

Dunia memang penuh dengan ketidakadilan. Justeru disebabkan dunia yang tidak adil maka
kitalah sendiri yang harus mencipta keadilan buat diri sendiri. Ada yang bekerja keras dengan
hasil yang sedikit dan ada yang bekerja santai dengan hasil yang banyak. Selalu akan ada orang
yang hidupnya jauh lebih tenang atau senang dari orang lain. Ada yang tidak perlu
bersusah payah tetapi mereka bisa mendapat apa yang dihajati dengan mudah. Itu realiti. Dan
kerana sejak dari awalnya sukar mencari keadilan maka akan selalu terjadi selisih pendapat tentang
apa yang dikatakan adil. Akhirnya adil yang sempurna memang tidak ada. Apa yang dipandang adil
oleh seseorang, dipandang zalim oleh orang lain. Apa yang dinilai adil oleh majikan mungkin ditafsir
tidak adil oleh pekerja . Si ibu mungkin menganggap tindakannya adil tapi si anak merasa
tindakan si ibu berat sebelah. Adil bagi pihak atasan, dipandang zalim oleh orang bawahan.
Begitu sukarnya kita mencapai keadilan.

Bagaimanapun kita boleh berusaha untuk berlaku adil pada diri sendiri. Misalnya, ketika
bekerja, maka bekerjalah dengan sesungguh hati, tetapi apabila tiba waktu pulang, segeralah
pulang kerana keluarga sedang menunggu di rumah. Itu adil buat kita juga adil buat keluarga.
Andai tugas di pejabat terlalu banyak, berehatlah seketika kerana itulah yang adil
untuk sistem tubuh kita. Andai pula sistem kerja di pejabat belum mencapai sistem yang
ideal maka kitalah yang harus cerdik memikirkan bagaimana untuk berlaku adil buat
diri kita sendiri. Andai tertekan dengan segala masalah dan persekitaran, kita perlu bijak
mencari penawarnya. Kitalah yang perlu bijak menggunakan segala kecerdasan emosi,
kecerdasan spritual mahupun kecerdasan minda untuk menghadapi segala bentuk ketidak
adilan yang berada di sekeliling kita.

Tuhan Yang Maha Adil telah membekali kita dengan segala potensi keadilan untuk
mengharungi dunia yang tidak adil. Allah akan menilai kita dengan adil iaitu bagaimana
kita bertindakbalas terhadap ketidakadilan itu. Allah Maha Adil dan Dia akan mengadili
kita dengan seadil-adilnya. Justeru kerana itu berusahalah untuk berlaku adil dalam setiap
tindakan dan perbuatan kita.


Hakikatnya, dunia bukan saja penuh dengan ketidakadilan tetapi juga penuh dengan
muslihat dan tipudaya. Berhati-hatilah..........

buat lelaki yang bergelar suami........

Sedikit pesan kepada lelaki samada yang sudah berkahwin, yang baru berkahwin,
yang belum berkahwin atau yang akan berkahwin :

Di saat anda melafazkan "aku terima nikahnya......", ingatlah :

~ isterimu itu perlu dikasihi, bukan dikasari
~ isterimu itu perlu disayangi, bukan disakiti
~ isterimu itu perlu dihargai, bukan dikhianati
~ isterimu itu perlu dihormati, bukan dipijak sesuka hati
~ isterimu itu perlu dilindungi, bukan dibelasah kalau tak puas hati
~ isterimu itu perlu dididik, bukan untuk ditengking herdik
~ isterimu itu perlu diingatkan tapi bukan dengan ugutan
~ isterimu itu AMANAH, bukan untuk disumpah seranah

berilah dia cinta yang ikhlas, dia akan berbakti kepadamu tanpa mohon dibalas
berilah dia kasih dan sayang, dia akan bersamamu di saat susah dan senang
berilah dia penghargaan, dia akan memberimu penghormatan
berilah dia bahagia , dia akan berusaha membuatkan kamu gembira
berilah dia hak yang sepatutnya, pasti rezekimu berganda-ganda
berilah dia DIDIKAN AGAMA, dia akan membawamu ke SYURGA

Wanita yang kamu nikahi itu..... lembut hatinya
janganlah keegoanmu menyebabkan isterimu berubah perilaku
andai kau menjaganya dengan penuh wibawa
dia akan bersamamu hingga ke hujung nyawa.....

berkahwin itu sunnah, mahligai kasih yang indah
ada waktu tergigit lidah......
mengadulah kepadaNya segala resah dan gundah
jangan jadikan isterimu tempat melepas segala masalah
diapun manusia biasa......rapuh dan lemah.......
Engkaulah penguatnya......tapi bila kau biarkan dia tanpa arah
tanpa bimbingan, tanpa didikan, yang kau tahu cuma memerintah
bagaimana dia dapat menjadi isteri yang setia?
sedang engkau terlalu ego untuk melihat ke dalam matanya
berkongsi segala duka dan lara dihatinya
akhirnya, jadilah dia isteri yang dendamnya sentiasa membara
kelak mahligaimu bertukar menjadi neraka dunia

Duhai lelaki ibarat mentari
jadilah dikau kekasih sejati, suami mithali
tawan hatinya dengan wibawa seorang menteri
didik isterimu seikhlas hati penuh berseni
pimpin tangannya, tunjukkan jalan yg diredhai
percayalah........dia kan taat berbakti seperti bidadari..................

buat lelaki yang bergelar suami........

Sedikit pesan kepada lelaki samada yang sudah berkahwin, yang baru berkahwin,
yang belum berkahwin atau yang akan berkahwin :

Di saat anda melafazkan "aku terima nikahnya......", ingatlah :

~ isterimu itu perlu dikasihi, bukan dikasari
~ isterimu itu perlu disayangi, bukan disakiti
~ isterimu itu perlu dihargai, bukan dikhianati
~ isterimu itu perlu dihormati, bukan dipijak sesuka hati
~ isterimu itu perlu dilindungi, bukan dibelasah kalau tak puas hati
~ isterimu itu perlu dididik, bukan untuk ditengking herdik
~ isterimu itu perlu diingatkan tapi bukan dengan ugutan
~ isterimu itu AMANAH, bukan untuk disumpah seranah

berilah dia cinta yang ikhlas, dia akan berbakti kepadamu tanpa mohon dibalas
berilah dia kasih dan sayang, dia akan bersamamu di saat susah dan senang
berilah dia penghargaan, dia akan memberimu penghormatan
berilah dia bahagia , dia akan berusaha membuatkan kamu gembira
berilah dia hak yang sepatutnya, pasti rezekimu berganda-ganda
berilah dia DIDIKAN AGAMA, dia akan membawamu ke SYURGA

Wanita yang kamu nikahi itu..... lembut hatinya
janganlah keegoanmu menyebabkan isterimu berubah perilaku
andai kau menjaganya dengan penuh wibawa
dia akan bersamamu hingga ke hujung nyawa.....

berkahwin itu sunnah, mahligai kasih yang indah
ada waktu tergigit lidah......
mengadulah kepadaNya segala resah dan gundah
jangan jadikan isterimu tempat melepas segala masalah
diapun manusia biasa......rapuh dan lemah.......
Engkaulah penguatnya......tapi bila kau biarkan dia tanpa arah
tanpa bimbingan, tanpa didikan, yang kau tahu cuma memerintah
bagaimana dia dapat menjadi isteri yang setia?
sedang engkau terlalu ego untuk melihat ke dalam matanya
berkongsi segala duka dan lara dihatinya
akhirnya, jadilah dia isteri yang dendamnya sentiasa membara
kelak mahligaimu bertukar menjadi neraka dunia

Duhai lelaki ibarat mentari
jadilah dikau kekasih sejati, suami mithali
tawan hatinya dengan wibawa seorang menteri
didik isterimu seikhlas hati penuh berseni
pimpin tangannya, tunjukkan jalan yg diredhai
percayalah........dia kan taat berbakti seperti bidadari..................

Nasihat buat wanita..........

Salah seorang sahabat nabi s.a.w iaitu Abdullah bin Jaafar ibnu Abi Talib telah
memberikan nasihat kepada anak perempuannya di hari pernikahan :

~ wahai anakku, berhati-hatilah dengan sifat cemburu kerana cemburu itu adalah
kunci awal perceraian
~ Berhati-hatilah engkau, jangan banyak menegur (berleter) terhadap suamimu
kerana banyak menegur itu menimbulkan kebencian
~ Usahakanlah sentiasa memakai celak kerana celak itu sebaik-baik perhiasan
dan berwangi-wangianlah untuk suamimu


Ini pula nasihat Umamah binti Harith kepada puterinya pada hari pernikahan :

Wahai puteriku, jagalah sebaik-baik 10 perkara, kelak kamu akan memiliki
perbendaharaan rumahtangga ;

~ Temani suamimu dengan sifat qanaah (terima seadanya). Hormati dia dengan
menggembirakannya dan memberinya kepuasan.
~ Turuti perintah suamimu sebaik-baiknya.
~ Awasi sorotan matanya jangan sampai suamimu melihat sesuatu yang buruk padamu
~ Awasi hidungnya, jangan sampai suamimu mencium bau kecuali bau yang paling
sedap dan nyaman
~ Jagalah baik-baik tempat tidur suamimu, jangan sampai tidurnya terganggu kerana
ia boleh membawa kemarahan
~ Jagalah baik-baik waktu makannya, jangan sampai dia lapar kerana lapar itu
menimbulkan kemarahan
~ Jagalah baik-baik harta suamimu dengan cermat dan aturkan perbelanjaan sebaik mungkin
~ Jagalah anaknya, keluarga dan pembantu rumahtangga suamimu dengan sebaik-baiknya
~ Janganlah melawan dan menderhaka perintah suamimu kerana itu akan menyedihkan hatinya
~ Jangan membuka rahsia suamimu kerana membuka rahsia, kamu tidak akan selamat
darinya. Berhati-hatilah, tika dia bergembira janganlah kamu bersedih didepannya
dan tika dia bersedih gembirakanlah dia


[p/s ; err...janganlh salah faham pulak, kalau sampai pukul 6.30 pagi suami tak bangun-bangun
jugak, kejut-kejutlah dia suruh solat subuh.........]


.....tingginya darjat suami hingga kata nabi jika manusia dibenarkan bersujud, mescaya akan
diperintahkan isteri untuk sujud kepada suami.....

Pesanan buat sang isteri.....

Salman Al Farisi r.a telah meriwayatkan pada suatu hari Fatimah r.ha dlm keadaan
tergesa-gesa telah datang bertemu ayahandanya. Baginda melihat kedua mata Fatimah r.ha
berlinangan airmata dan raut wajahnya sedih. Lalu baginda bertanya; Mengapa wahai
anakku? Fatimah r.ha menjawab;

"Ya Rasulullah, semalam aku bergurau dgn Ali, tanpa aku sengaja terkeluarlah perkataan
yang menyinggung perasaannya. Setelah itu, aku dapati mukanya kemerahan kerana
menahan marah. Aku sungguh menyesal atas keterlanjuran kataku itu lalu segera memohon
maaf kepadanya; hai kekasihku, kesayanganku, relakanlah akan kesalahanku, seraya
aku mengelilinginya dan merayunya sebanyak 72 kali sehingga dia redha dan tertawa
padaku. Walaupun suamiku telah redha tetapi aku masih tetap merasa takut kepada
Allah swt"

Rasulullah saw bersabda kepada Fatimah rha; " Wahai anakku, Demi dzat yang telah
mengutusku sebagai nabi dgn agama yang Haq, sesungguhnya sekiranya engkau mati
sebelum Ali meredhaimu, aku tidak akan solah jenazahmu"

Kemudian, baginda selaku seorang ayah menasihati puterinya;

1. Wahai anakku, tidakkah engkau ketahui bahawa redha suami adalah redha Allah
dan kemarahan suami adalah kemarahan Allah
2. Wahai anakku, seorang wanita yang beribadah betul2 seperti ibadah Mariam puteri
Imran tetapi suaminya tidak redha kepadanya, Allah swt tidak akan menerima ibadahnya.
3. Wahai anakku, amal yg paling utama bagi para wanita ialah TAAT suami dan sesudah itu
tidak ada lagi amal yang paling utama dari duduk bermesra-mesraan dgn suaminya
4. Wahai anakku, duduk satu jam bergaul mesra dgn suami lebih baik dari ibadah satu
tahun dan dicatat tiap-tiap pakaian yg dikenakan pada waktu bergurau mesra seperti
pahala seorang yg mati syahid.
4. Wahai anakku, sesungguhnya seorang wanita jika bergurau senda dan memakaikan
pakaian utk suaminya serta anaknya, pasti baginya syurga. Allah swt membina sebuah
kota di syurga utk setiap pakaian yg dipakaikannya.

********

Sabda Rasulullah s.a.w ;
" Sebaik-baik wanita ialah mereka yang apabila kamu melihatnya menyenangkan hatimu,
apabila kamu menyuruhnya dia taat, apabila kamu tiada, dia menjaga maruahnya dan
menjaga hartamu" [Riwayat al-Tabarani]

Inilah kisah cinta paling hebat....

Anda suka baca kisah cinta? Romeo and Juliet misalnya atau kisah cinta Shah Jahan dan
isterinya Mumtaz. Shah Jahan begitu menyintai isterinya hingga beliau berjanji membina
mahligai indah sebagai bukti kasih mereka. Akhirnya terbinalah istana Taj Mahal( yg
diambil sempena nama isterinya), menjadi salah satu monumen paling ramai dikunjungi
manusia. Hari ini ada pasangan yg baru berkawin melawat Taj Mahal sebagai simbol
penyatuan cinta mereka. (bilalah saya nak dapat ke sana agaknya....)

Sebenarnya ada lagi kisah cinta paling hebat di dunia ini iaitu kisah cinta baginda
Nabi kita Nabi Muhammad s.a.w dan isterinya Khadijah r.h.a. Semua orang
tahu, Khadijah r.h.a meminang Rasulullah s.a.w kerana terpesona dengan
akhlaknya. Bayangkan bagaimana tingginya akhlak nabi hingga mampu
'mencairkan' hati seorang wanita ahli perniagaan, dari keturunan bangsawan lagi
hartawan sedang nabi hanyalah seorang anak muda yang miskin, yatim piatu dan
keseorangan. Di zaman ini, mana mungkin ahli perniagaan ternama lagi berusia
jatuh cinta pada pemuda biasa yang tak punya apa-apa. Kalaupun ada, orang
mungkin berkata, dia gila atau terkena 'ubat guna-guna'.

Perbezaan usia antara mereka bukanlah halangan untuk mereka membina
rumahtangga bahagia. Rasulullah s.a.w tidak pernah menikahi mana-mana wanita
sepanjang bersama Khadijah. Cinta dan kasih sayang mereka melimpah ruah
hingga Khadijah menyerahkan seluruh jiwa, tenaga, harta dan keluarga demi
membantu kekasihnya menegakkan agama. Khadijah menjaga nabi dengan
penuh kasih sayang, belaian dan sentuhan yang mendamaikan. Dia
mententeramkan jiwa kekasihnya ketika nabi ketakutan selepas didatangi Jibril.
Dia menuturkan kata-kata lembut tapi penuh semangat lagi menghiburkan. Dialah
wanita yang selalu ada di sisi nabi di saat semua orang membencinya.Mulianya
wanita bernama Khadijah ini hingga nabi tak pernah melihat sesuatu yg
menyedihkan darinya. Cinta dan kasih antara dua insan mulia ini begitu utuh
hingga Khadijah tak pernah menyangkal atau mendustakan mahupun
merendahkan apa yg disampaikan nabi.

Kasih Rasulullah s.a.w terhadap Khadijah begitu mendalam. Baginda sentiasa
menyebut kebaikan Khadijah hatta selepas kewafatannya hingga dicemburui
Aisyah. Kata Aisyah:

"Belum pernah aku cemburu terhadap isteri-isteri Rasulullah s.a.w sebagaimana
aku cemburu terhadap Khadijah walhal aku tidak pernah melihatnya.Tetapi
Rasulullah selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan adakala menyembelih
kambing lalu diberikan kepada sahabat-sahabat Khadijah. Bahkan aku pernah
berkata ; bukan kah Khadijah itu seorang wanita tua? Bukankah Allah telah
memberimu penganti yang lebih baik, isteri yang lebih muda dan baik darinya?
Rasulullah s.a.w menjawab; Tidak! Demi Allah! Dia tidak memberikan seorang
pengganti yg lebih baik darinya. Khadijah telah beriman kepadaku disaat orang
lain mengingkariku. Dia membenarkan aku ketika orang lain mendustakanku.
Khadijah membantuku dengan menginfakkan seluruh hartanya ketika orang lain
menahan harta dariku dan Allah mengurniakan beberapa zuriatku dari rahimnya
yang tidak diberikan oleh isteri-isteri yang lain " [H.R. Ahmad]

Kewafatan Khadijah meninggalkan kesedihan yang begitu mendalam di jiwa
nabi hingga tahun tersebut dikenali dengan tahun kesedihan. Sekalipun selepas
kewafatannya, nabi selalu mengenang saat-saat indah bersama Khadijah r.h.a.
Mulianya Khadijah hingga Allah mengirim salam kepadanya dan menjanjikan
sebuah istana di syurga.

Di saat-saat akhir kewafatannya, ketika dipangkuan nabi, masih sempat beliau
meminta nabi menggunakan tulang belulangnya untuk agama Allah. Inilah bukti
kecintaan yg tidak berbelah bagi.


Takala anda menangis ketika membaca sebuah novel cinta atau menonton
telenovela , menangislah ketika menghayati perjalanan cinta seorang isteri
yang mengorbankan segala kesenangan, kemewahan dan kemegahan demi
membantu kekasihnya di jalan Allah. Isteri yang setia, patuh dan selalu
berbuat baik terhadap suaminya hingga pemergiannya ditangisi dan dirindui
selamanya. Kerana cinta mereka, legasi Muhammad berkembang ke seluruh
dunia.

Inilah kisah cinta paling hebat.................

buat isteri-isteri, bakal2 isteri dan semua wanita diluar sana, marilah
mencontohi keperibadian Khadijah r.h.a

Ajalnya tiba pada malam pernikahannya (kisah benar)


Selepas melaksanakan Solat Maghrib, dia mulakan make-up pada wajahnya, memakai pakaian pengantin putih yang cantik, mempersiapkan dirinya untuk majlis perkahwinannya sendiri, kemudian dia terdengar azan 'Isyak dan menyedari bahawa wuduknya telah terbatal. Lalu dia berkata kepada ibunya: "Mak, saya perlu ambil wuduk dulu dan solat 'Isyak "

Ibunya terkejut: "Apa kamu gila?!! Tetamu sedang menunggu, untuk melihat kamu! Bagaimana dengan make-up? ! Nanti habis dirosakkan oleh air."
Tambah ibunya lagi: "Sebagai ibu, mak tak izinkan kamu solat sekarang! Wallahi... jika kamu ambil wuduk sekarang, mak akan tetap memarahi kamu."
Anak perempuannya menjawab: "Wallahi... saya tidak akan pergi dari sini sehingga saya melakukan solat! Ibu sepatutnya tahu bahawa tidak ada ketaatan kepada mana-mana makhluk agar menderhaka kepada Maha Pencipta.!!”

Ibunya berkata: "Apa kata tetamu nanti jika kamu muncul dalam majlis perkahwinan sendiri tanpa make-up?! Tentu nampak hodoh atau tidak cantik di mata mereka! Mereka pasti akan mentertawakan kamu! "

Sambil tersenyum, anak perempuan itu bertanya: "Adakah ibu bimbang kerana saya tidak cantik di mata mereka? Bagaimana pula dengan Maha Pencipta saya? Saya bimbang kerana, jika saya terlepas solat saya, saya tidak lagi cantik di mata-Nya "

Dia mula berwuduk, dan semua make-up pada wajah telah hilang, tetapi dia tidak peduli.

Kemudian dia memulakan solat itu dan pada masa dia turun untuk sujud, dia tidak sedar bahawa ia akan menjadi satu sujud yang terakhir!

Ya! Beliau meninggal dunia ketika dalam sujud! Pengakhiran yang besar bagi Muslimah yang berkeras untuk mentaati Tuhannya! Ramai antara mereka yang mendengar cerita ini begitu tersentuh!!

Beliau mengutamakan Allah dan ketaatan kepadaNya sebagai yang pertama dalam keutamaan hidup beliau, jadi pengakhiran terbaik yang dianugerahkan oleh Allah pada mana-mana umat Islam yang layak memilikinya!

Dia mahu menjadi lebih dekat kepada-Nya, maka Allah mengambil nyawanya pada saat di mana umat Islam berada paling dekat kepada-Nya! SubhanAllah!

Dia tidak peduli jika dia tidak indah di mata makhluk, asalkan dia cantik pada Maha Pencipta!

Wahai saudari Muslimah, bayangkan jika anda berada di tempat itu! Apa yang anda akan lakukan? Apa yang anda akan pilih: pujian manusia atau Maha Pencipta?

Wahai sekelian insan! Adakah kita ada jaminan bahawa kita akan hidup untuk minit seterusnya? Jam? Atau bulan?!!
Tiada siapa tahu apabila saat mereka akan datang? Atau bila kita akan bertemu malaikat Maut? Jadi, adakah kita bersedia untuk saat itu?

Wahai muslimah! Apa yang anda pilih: bersantai tanpa hijab atau dirahmati Allah dengan memakai hijab?

Adakah kita bersedia untuk menemui Allah tanpa hijab?

Para Muslimin sekalian, yang mempunyai "hubungan halal" atau "hubungan bebas", adakah kita bersedia untuk menghadapi hari akhirat? Esok?! Apa yang anda pilih? keseronokan dunia sementara ini atau kesenangan di akhirat?!

Semoga Allah membimbing kita semua untuk keredhaan-Nya dan memberikan kepada semua orang yang membaca kisah ini mendapat pengakhiran yang baik, amin.

[Diceritakan oleh Syeikh ‘Abdul Mohsen al Ahmad’, ia berlaku di Abha (Ibu Negeri Asir di Arab Saudi)]


Ramadhan


Diucapkan Selamat Berpuasa buat keluarga,sanak saudara,semua kawan-kawan, semoga Ramadhan kali ini menjadi
Ramadhan yang terbaik buat kita semua, mohon maaf andai ada terkasar bahasa, terlanjur bicara....

Sekadar renungan buat semua.....

Tuesday, June 5, 2012

tabligh tak bpolitik?????


Di akhir-akhir ini timbul sesetengah golongan mencela Jemaah Tabligh kerana di dalam Jemaah Tabligh tidak ada Politik. “Tabligh ini bagus tetapi mereka tidak melibatkan diri di dalam politik”, “Tabligh ni sesat kerana tidak ada politik.” Kata-kata seperti ini memang sering kedengaran di masjid ,surau juga di dalam blog dan websites berlebih lagi ketika musim pilihanraya.

Apakah Jemaah Tabligh menolak politik.
Kalau politik dimaksudkan kepada mentadbir dengan kaedah Sistem Syura yang didasarkan kepada Sunnah, maka rasanya tidak ada satu pun ‘karkun’ (Pengikut Tabligh) yang menolaknya.Tapi kalau politik itu dimaksudkan kepada Sistem Demokrasi Kepartian, maka mungkin sebahagian yang setuju dan sebahagian yang menolaknya. Sebenarnya jika kita perhatikan dengan teliti, Jemaah Tabligh ini adalah satu usaha yang berjalan bukan dengan kuasa, harta, pangkat, kedudukan wang ringgit maupun sokongan majoriti tetapi satu usaha yang berjalan di atas ‘amalan’ yang mana usaha untuk mengajak semua umat untuk beramal. Sebagaimana di dalam solat berjemaah semua jenis orang akan ikut serta. Ada orang cacat, ada yang sihat, ada yang hitam ada yang putih, ada alim, ada jahil, ada yang kaya ada yang miskin. Maknanya semua gulungan terlibat di dalam solat berjemaah tersebut.Tdak pula solat jemaah tu khusus untuk golongan cacat sahaja, khusus untuk orang kaya sahaja, khusus untuk orang alim sahaja. Bila dinamakan 'amalan' maka semuanya terlibat.

Maka jika sekiranya Jemaah Tabligh ini menjadi badan politik atau parti politik maka sudah tentunya sukar untuk mengumpulkan semua gulongan. Oleh kerana ianya adalah ‘amalan’, maka mudah untuk mengumpul seperti juga amalan haji, yang para jemaah berkumpul di Dataran Arafah.. Jika kita lihat pada parti-parti politik, sesama parti pun bergadoh dan bergolak. Sebab tu dalam Jemaah Tabligh ini tidak ada yuran bulanan, tahunan, perlembagaan, manifesto dan sebagainya. Yang ada hanyalah Usul Dakwah, dan usul dakwah ini adalah hampir sama dipraktikkan di seluruh dunia. Unsul dakwah ini boleh lah diumpamakan seperti ‘kaifiat’ di dalam sesuatu amal.

Selain itu di dalam Jemaah Tabligh mengikut hairaki Sistem Syura. Ianya bermula dari Markaz Utama sehinggalah kepada negara, negeri, kawasan dan sampai kepada marhalah dengan satu kepimpinan tampa berdasarkan semapadan negara atau negeri. Cuma ianya di dalam pentadbiran urusan dakwah bukannya pentadbiran urusan negara. Hanya itu sahaja bezanya.

Selain itu kita dapati bahawa ulama tidak sepakat di dalam mewajibkan penyertaan individu Islam di dalam Sistem Demokrasi Kepartian sebagaimana yang ada di hari ini.. Malah ada ulama mengharamkan Sistem Demokrasi Kepartian ini. Kata mereka Sistem Demokrasi Kepartian yang diamalkan sekarang ini bertentangan dengan Sistem Syura yang ada di dalam Islam.
Beberapa ulama terkenal yang menolak sistem ini antaranya Syeikh Fathi Yakan sebagaimana di dalam kitab beliau “ Musykilatud Dakwah Wad Dai’yah” halaman : 132 -135. Juga Syeikh Abu Urwah Al-Lubnani melalui kitab beliau “Al-Abjadiyyat” halaman 101 -103 pada tajuk “Al Mabdaiyah Wal Marhaliyyah Fil A’malil Islami”. Selain itu Syeikh Abul Hassan Ali Nadwi Al Hassani pula menyatakan perkara yang sama di dalam beberapa kitab beliau antaranya “Ilal Islami Min Jadid” halaman 107 dan 161. Beliau ini juga menyatakan Kerajaan Islam (Politik Islam) bukan impian, bukan matlamat dan juga bukan perbualan harian Nabi saw dan Para Sahabat rahum. Perkara yang sama juga dipertegaskan oleh Mufti Washi Mazhar Pakistan di dalam kitab beliau “Al Baas Al Islami” Bil 1 Jld.34 cetakan Lakhnow, India. Beliau menjelaskan secara terperinci ta’rifan politik itu sendiri berdasarkan Sunnah. Beliau juga menyatakan mengundi dan pilihanraya adalah haram. Malah ada sesetengah ulama membezakan antara Syura dan Demokrasi Kepartian seperti berikut:

Perbezaan Antara Syura dan Demokrasi Kepartian

Sebahagian orang menganggap bahawa demokrasi adalah wujud praktik Sistem Syura dalam Islam. Ini adalah anggapan yang salah, perbezaan antara keduanya bagaikan timur dan barat. Di antara perbezaannya adalah:

1. Sistem Syura berasal dari Allah dan selalu berlandaskan di atas syariat sedangkan Sistem Demokrasi Kepartian berlandaskan sokongan majoriti walaupun juga disokong oleh orang-orang fasiq bahkan kafir.

2. Sistem Syura dilakukan pada perkara yang belum jelas ketentuannya dalam syariat, dan jika ada ketentuan syariat maka itulah yang ditetapkan. Adapun dalam Sistem Demokrasi Kepartian perkara yang sudah jelas dalam syariat pun dapat diubah jika suara majoritinya menghendakinya berbuat demikian, sehingga dapat menghalalkan yang haram dan sebaliknya.

3. Anggota Majelis Syura adalah kebanyakannya adalah para ulama dan yang memiliki sifat-sifat tertentu. Sedang Anggota Dewan Parlimen / Negeri dalam Sistem Demokrasi Kepartian tidak ada cirri-ciri berkenaan. Ada yang berilmu agama, ada yang jahil, ada yang bijak ada yang tidak, ada yang menginginkan kebaikan rakyat, dan ada yang mementingkan diri sendiri, mereka inilah yang menentukan semua perancangan samaada dalam sudut agama atau pun dunia.

4. Dalam Sistem Syura, kebenaran tidak ditentukan dengan majoriti tapi dengan kesesuaian terhadap sumber hukum syariat. Sedangkan dalam Sistem Demokrasi Kepartian, kebenaran adalah suara majoriti walaupun menentang syariat Allah yang jelas.

5. Sistem Syura adalah salah satu ciri-ciri keimanan, karena dengan Sisitem Syura kita mengamalkan ajaran Islam. Sedangkan Sistem Demokrasi Kepartian adalah wujud kekufuran kepada Allah, karena jika majoriti memutuskan perkara kekufuran maka itulah keputusan yang perlu diikuti dan dituruti semua.

6. Sistem Syura menghargai para ulama, sedangkan Sistem Demokrasi Kepartian menghargai orang-orang kafir.

7. Sistem Syura membezakan antara orang yang shalih dan yang jahat, sedangkan demokrasi menyamakan antara keduanya.

8. Sistem Syura bukan merupakan kewajiban di setiap masa, bahkan hukumnya berbeza bersesuaian dengan keadaan. Sebaliknya Sistem Demokrasi Kepartian merupakan sesuatu yang diwajibkan oleh Barat kepada pengamalnya dengan kewajipan yang melebihi kewajipan shalat lima waktu dan tidak mungkin keluar darinya.

9. Sistem Demokrasi Kepartian jelas menolak Islam dan menuduh bahwa Islam lemah serta tidak mempunyai maslahat, sedangkan Sistem Syura tidak demikian.

( Tanwiruzh Zhulumat, hal. 21-36 dan Fiqih As-Siyasah Asy-Syar'iyyah hal. 61)

Walau bagaimana pun masih ada ulama yang membolehkan Sistem Demokrasi Kepartian ini, antaranya Syeikh Yusof Al Qardawi. Beliau membolehkan kerana ianya mirip kepada keadilan. Keadilan itu sendiri adalah tuntutan di dalam Islam. Perkara yang sama juga dipersetujui oleh Syeikh Yassin Hamas, juga beberapa ulama di Tanah Arab. Selain daripada itu ramai pula yang memberi alasan sebagai darurat. Namun ianya disanggah oleh sesetengah pihak khususnya “Hizbut Tahrir” melalui beberapa siri ‘pamphlet’ yang diedarkan di masjid-masjid.

Bila bertebung ‘khilaf’ (pandangan tidak sekata) antara yang berfahaman wajib perpolitik dan yang mengharamkan politik kepartian, maka bolehlah kita ketogorikan sebagai ‘ijtihad’. Masing-masing akan ada pahala walau pun tersalah di dalam ‘ijtihadnya’. Namun bila dikatakan ‘ijtihad’ maka yang berfahaman wajib berpolitik sepatutnya tidak menyanggah atau mengutuk yang berfahaman haram berpolitik kepartian. Sebagaimana Mazhab Hanafi mengatakan tidak perlu makmun membaca Fatihah dibelakang imam dalam solat berjemaah kerana bacaan imam adalah bacaan makmum. Sedangkan Mazhab Syafie mewajibkan makmum membaca Fatihah. Masing-masing berlapang dada dengan pegangan masing-masing. Tidak pula kutuk mengutuk antara satu sama lain. Ini adalah kerana masing-masing faham bahawa ianya adalah ‘ijtihad’ dan ‘khilaf’.Berlainan ditempat kita malah menjatuhkan hukum sesat dan sebagainya.

Nota Tambahan:

Dari Aisyah rha berkata "Ketika kedatangan Rasulullah saw ke Madinah, orang perempuan dan anak-anak mendendangkan : Telah terbit bulan purnama (Rasulullah saw)ke atas kami dari thaniah al-wada'.dan wajiblah ke atas kami bersyukur (kepada Allah di atas kedatangan Nabi saw) selagi masih ada seruan dari da'i yang menyeru kepada Allah." (Imam Baihaqi : Dalail al Nubuwwah : 2/206,507)

Bila dilihat pada hadith di atas maka jelas bahawa kedatangan Nabi saw ke Madinah bukan maksud untuk bina negara tetapi adalah bermaksud untuk meneruskan usaha hidayat kepada manusia iaitu kerja dakwah ilalAllah. Kefahaman, fikrah dan hidayat adalah pemberian Allah swt.

Hari ini ada ustaz yang lepasan Al-Azhar pun boleh ikut ajaran sesat Ayah Pin.Di Indonesia lepasan pondok pesentren pun boleh ikut Kristian dan jadi pendeta lagi. Selama ada langit dan bumi selama itulah kefahaman / fikrah akan berbeza-beza.

Sunnah yang berupa "Surah" keterampilan dan sunnah yang berupa "Serah" gaya hidup, ramai yang boleh ikut malah pengikut ajaran sesat Qadiyani pun berjubah dan berserban besar. Tetapi sunnah "Sareerah" fikir dan kerisauan Nabi saw ini tak ramai yang boleh menyamai Nabi saw.

Allah swt tidak akan memberi pertolongan pada manusia yang meminta untuk menjadi pemimpin. Sebaliknya siapa yang dilantik tanpa diminta, dia akan dibantu oleh Pencipta.

Daripada Abu Musa r.a. katanya: Aku dan dua orang lelaki dari kaumku telah masuk kepada Nabi saw. Salah seorang daripada dua lelaki berkenaan berkata: Lantiklah kami menjadi ketua wahai Rasulullah!. Yang seorang lagi juga berkata demikian. Lalu baginda bersabda: “Sesungguhnya kami tidak melantik dalam urusan ini sesiapa yang memintanya atau bercita-cita untuk mendapatkannya“. (Riwayat Bukhari Muslim)

Mana mungkin sistem politik negara ini berada di landasan yang benar sekiranya mereka meminta-minta dipilih menjadi pemimpin? Sangat bertentangan dengan sistem syura, yang telah digariskan oleh Allah swt.

Perbezaan Skop dan Peringkat Keluasan Politik Nubuwah

Politik yang dibawa oleh Nabi s.a.w. dan sahabat mencakupi keluasan seluruh dunia dan tidak terbatas kepada dalam negara shaja. Bahkan ianya menumpukan perhatian ke setiap umat manusia di seluruh dunia.

Usaha Dakwah dan Tabligh berusaha untuk mirip kepada sistem ini melalui beberapa usaha di bahagian pentadbiran atau sub pngkhususan:






Markaz Dunia (Terdiri daripada Syura-syura dunia)
Markaz Negara(Terdiri daripada syura-syura Negara)
Markaz Subghuzari (Terdiri daripda syura-syura negeri)
Markaz Halqah (Terdiri daripada amir rakan seusaha kawasan / gabungan masjid dan surau)
Markaz Mohalla (Terdiri daripda amir rakan seusaha masjid/ gabungan rumah-rumah)
Markaz Rumah (Terdiri daripda orang Islam di setiap rumah /kekeluargaan Islam)

Setiap rumah perlu ada mesyuarat dan usaha agama didalamnya. Usaha ugama bermula dengan taklim rumah dan perbincangan untuk setiap lelaki bergilir-gilir bagi masa untuk agama. Takaza mohalla akan dibentangkan disini.


Tanggunjawab usaha ugama di setiap rumah dan pengeluaran jemaah orang Islam dilakukan melalui usaha di peringkat mohalla tempatan iaitu sama ada di masjid atau surau. Maka wujudlah usaha tempatan 5 amal masjid iaitu Mesyuarat harian, taklim harian, 2 jam setengah, 2 ghasyt dan 3 hari setiap bulan. Takaza halqoh akan dibentangkan disini. Setiap hari perlu diusahakan.

Laporan usaha di setiap mohalla akan diserahkan kepada bahagian halqoh iaitu satu peringkat yang terdiri daripada gabungan beberapa mohalla. Takaza subguzari markaz dan mohalla dibentang disini. Bahagian perlu hidup sekali setiap minggu.


Subghuzari markaz adalah gabungan beberapa halqoh dan peringkat ini membincangkan laporan dan takaza yang datang dari halqoh dan juga dari markaz negara. Perlu hidup sekali setiap minggu.




Markaz negara adalah gabungan dari markaz-markaz subghuzari yang menguruskan hal-hal yang lebih besar dan penting seperti takaza-takaza subghuzari markaz, pengeluaran jemaah 40hari dan lebih, penerimaan dan penghantaran jemaah luar negara dan sebagainya. Takaza-takaza dari Markaz Nizamuddin juga dibentngkan. Mesyuarat peringkat negara diadalan setiap 3 bulan sekali.



Markaz Nizamuddin adalah peringkat dunia/global dan kesemua urusan setiap markaz-markaz negara yang ada di seluruh dunia akan dibincangkan disini. Takaza-takaza penghantaran jemaah dan penerimaan jemaah yang bergerak seluruh dunia dimesyuaratkan disini. Laporan setiap aktiviti rumah-rumah orang Islam, Masjid-masjid dan surau, markaz-markaz yang ada di seluruh dunia, perlantikan syura-syura akan dibentangkan dan hasilnya beberapa keputusan dan takaza-takaza baru akan diputuskan.


Inilah yang membezakan Politik Nubuwwah dan Politik Demokrasi Kepartian. Sekiranya hendak dikatakan Jemaah Tabligh tidak berpolitik sepenuhnya, maka itu tidaklah benar sama sekali.










Wallahu’alam

Peringatan Untuk Karkun dan yang berkenaan

Walau pun huraian di atas berdasarkan ‘platform’ Jemaah Tabligh namun kita diarahkan dan diminta oleh ‘Elders’ untuk menghormat semua Gerakan Islam, NGO Islam, Parti Islam. Besikaplah lemah lembut dan penghormatan yang tinggi serta akhlaq mulia. Jagalah mulut-mulut kita dari mencaci dan menghina mereka yang berfahaman yang berlainan dengan kita.


Mohon maaf jika tersalah dan tersilap juga kepada teman-teman dari jemaah atau parti Islam sekiranya tulisan di atas menyinggung saudara semua. Teruskan dengan perjuangan yang saudar yakini. Doakan untuk saya yang hina ini.

Sekiranya ada teguran dan penambah baikan catatan ini silalah maklumkan disini.


Pautan rujukan dan tambahan bacaan:

http://hambalialorstari.blogsp​ot.com/2009/03/politik-vs-syur​a.html
http://ibnuabbas2009.blogspot.​com/2011/02/politik-sunnah-dem​okrasi-fitnah.html
http://hafizfirdaus.com/ebook/​ASWJ/ciri6C.htm
http://shuhmy.multiply.com/jou​rnal/item/322



Wednesday, May 23, 2012

Kisah yg sunguh menarik setiap suami dan Isteri kena baca..

Saidatina Aisyah r.anha berkata :" Sebelas orang wanita telah berkumpul serta bersetuju bahawa setiap mereka akan menceritakan terus terang perihal suami mereka tanpa sembunyi ". Ulasan : Nama 11 orang wanita itu tidak disebut dalam Hadith Sahih tetapi setengah riwayat ada menyebut beberapa nama. Wanita-wanita itu adalah dari Yaman atau Hijaz. Terdapat khilaf berkaitan nama-nama mereka maka nama-nama mereka itu tidak disebut di sini. Suami mereka semua telah pergi untuk mencari keperluan masing-masing. Lantaran bersendirian mereka bercerita berbagai hal agar terhibur. Kesudahannya mereka bersepakat untuk mendedahkan hal suami mereka. gambar hiasan Wanita Pertama berkata : " Suamiku umpama daging unta yang kurus yang tinggal di puncak gunung yang tinggi (yang susah didaki). Tubuhnya tidak berisi untuk orang jadi terpikat kepadanya." Ulasan : Maksudnya, akhlak beliau amat rendah hingga tidak ada sebarang kebaikan yang dapat diperolehi darinya ditambah sifat sombong dan angkuhnya sehingga sukar untuk didampingi. Wanita Kedua berkata : "(Tidak ada apa yang boleh aku sebutkan). Aku takut jika disebut keburukannya, ia tidak akan habis. Segala aibnya zahir dan batin akan terbongkar. " Ulasan : Maksudnya, suamiku memang penuh dengan keburukan. Orang yang kurang aibnya mudah disebut tetapi bagi dia yang banyak, ceritanya akan membosankan. Setengah Mufassirin tidak bersetuju kerana wanita ini tidak memenuhi janji menceritakan ehwal suaminya. Sebenarnya, cerita beliau ringkas bahawa suaminya penuh dengan aib yang tidak terkira. Wanita Ketiga berkata : " Suamiku seorang 'ashannaq (kurus tinggi). Jika ditegur aibnya, aku akan ditalak dan andainya aku diam, aku (seperti) digantung (tidak bertali). " Ulasan : " Disebut suaminya tinggi sebagai kiasan bahawa tinggi itu tanda bebal atau hodoh seperti menara yang tidak siap dan berperangai buruk. Ungkapan jika aku tuntut sesuatu, aku akan dicerai dan andai aku berdiam diri, aku tidak diendahkan sepertilah aku ini tidak bersuami. Dalam riwayat lain diterjemah, " Aku bagai berada dibawah mata pedang yang tajam. Tidak tahu bilakah deritaku akan berakhir. " Wanita Keempat berkata : " Sikap suamiku umpama malam di bumi Tihamah (sederhana), tidak panas dan tidak pula sejuk, tidak menakutkan dan tidak membosankan." Ulasan : Perangainya tidak kasar atau melukakan perasaan. Tinggal bersamanya tidak akan berasa bimbang, tersinggung atau bosan. Dikatakan bahawa nama wanita itu ialah Mahd binti Abi Harumah. Bumi Makkah dan sekitarnya dipanggil Tihamah yang malamnya sentiasa nyaman waupun siangnya panas terik. Wanita Kelima berkata : " Suamiku masuk rumah umpama harimau bintang dan bila keluar umpama singa. Dia tidak pernah tanya apa yang berlaku di dalam rumah." Ulasan : Dikatakan bahawa wanita ini bernama Kabsah. Ulama' berbeza pendapat samada wanita ini memuji atau mencela suaminya. Sekiranya celaan, ia bermaksud suaminya masuk ke rumah garang bak harimau bintang, tidak berkata apa-apa atau merasa ada kaitan dengan hal rumahtangga. Apabila keluar dari rumah dia seperti lelaki berani. Dia langsung tidak peduli, bertanya atau risau hal di rumah. Sekiranya memuji maka ia bererti apabila dia masuk ke rumah dia diam, tidak merungut, berleter atau marah. Dia tidak sedar seperti orang yang sedang tidur. Apa sahaja yang dimasak, dia tidak kisah atau bertanya kenapa atau mengapa dibuat begitu? Apakah benda yang ada atau yang tidak ada? Apabila keluar rumah dia ibarat singa yang tegas dan berani. Wanita Keenam berkata : " Apabila makan, suamiku makan apa saja. Bila minum tidak ada yang tinggal. Bila tidur, dia hanya selimuti dirinya seorang tanpa menyentuh tubuhku agar diketahui kedukaan hatiku." Ulasan : Ungkapan ini juga boleh dianggap pujian dan celaan. Yang kelima lebih kepada memuji sedangkan yang ini ( keenam ) mengikut terjemahnya lebih kepada mencela. Andainya pujian, seperti pendapat sebahagian pengulas, bererti dia makan apa saja, buah-buahan, kekacang serta semua jenis makanan. Minuman pula dia minum susu, sharbat dan lain-lain. Dia tidak kedekut tentang makan dan minum. Jika ada dal maka tidak ada daging. Jika ada air maka susu tidak perlu. Dia tidak jaga tepi kain orang, cari aib orang lain atau berbalah. Andainya celaan, sebagaimana kebanyakannya berpendapat, maka ketika makan dia akan makan apa saja dengan gelojoh tanpa tinggal apa-apapun untuk keluarganya. Dia makan seperti kerbau. Apabila minum, satu telaga diteguknya. Dia tidur dan berselimut seperti tidak kenal saya. Usahkan peluk, sentuh badan saja pun tidak, agar diketahui perasaan saya atau badan saya panas atau sejuk. Wanita Ketujuh berkata : " Suamiku seorang lemah (syahwat), kasar, bebal dan tidak pandai bercakap. Segala jenis penyakit yang dialami manusia di dunia ini dia ada. Perangainya amat menyakiti hati dan memeningkan kepalaku." Wanita Kelapan berkata : " Suamiku bila akau sentuh lembut, selembut arnab. Baunya harum seharum za'faran (saffron)." Ulasan : Dikatakan bahawa nama wanita ini ialah Nashirah binti Aws. Dia memuji bahawa suaminya bersifat lemah lembut dan tidak kasar. Kedua-dua kebaikan rohani dan jasmani ada padanya menyebabkan aku ingin mendakapnya. tubuhnya sentiasa berbau harum. Dalam riwayat lain dikatakan, "Aku menguasainya dan dia pula menguasai orang lain. Aku menguasainya bukan kerana dia rendah dirinya atau dia menguasai orang lain tetapi kerana kasih sayang atau kesopanannya." Wanita Kesembilan berkata : " Suamiku seorang yang berpangkat, pemurah, ramah dan memiliki kediaman di tempat tinggi. Abunya banyak (dermawan) dan badannya tinggi. Rumahnya berdekatan dengan majlis dan Darul Mashwarah." Ulasan : Wanita ini menyebut kebaikan suaminya. Pertama, jika kediamannya di tempat tinggi bererti rumah besar maka maknanya kemewahan dan kepimpinan, kerana rumah besar hanya mampu dibina oleh hartawan. Jika ertinya memang kawasan tinggi, maka ia adalah lumrah bagi orang Arab yang pemurah dan baik hati membina rumah dikawasan tinggi agar mudah dilihat dan didatangi oleh pasa musafir. Maka dalam hal ini, dia seorang dermawan dan peramah. Setengah ulama' berkata kediaman di tempat tinggi bermaksud dia dari keluarga yang mulia dan terhormat. Pujian kedua ialah pemurah maka wajarlah abu banyak terdapat dirumahnya kerana makanan selalu dimasak untuk menjamu tetamu. Pujian ketiga ialah tingginya. Bagi lelaki jika tinggi itu tidak melebihi had munasabah maka ia adalah baik dan terpuji. Rumahnya berdekatan dengan majlis bermakna dia seorang yang bijaksana dan ahli penasihat. Orang ramai kerap berjumpanya untuk mendapatkan nasihat. Pada hemat hamba yang hina ini, barangkali ia juga bereti yang beliau tidak perlu ambil banyak masa menyediakan jamuan atau memberi alasan kepada ahli musyawarah bahawa rimahnya jauh maka tidak dapat mera'ikan mereka Wanita Kesepuluh berkata : " Suamiku Malik dan perlukah akau sebut tentang Malik? Dia teramat pemurah dari sekalian yang telah dipuji atau dia lebih terpuji dari segala pujian yang dapat aku ucapkan,Dia memilik banyak unta yang dipelihara berhampiran rumahnya yang jarang dibawa keluar untuk meragut rumput . Apabila terdengar bunyi kecapi (alat muzik) maka unta-unta itu tahu bahawa mereka akan disembelih." Ulasan : Dikatakan nama wanita ini ialah Kabshah binti Malik. Dia menerangkan kemurahan suaminya bahawa andai unta-unta dibawa meragut maka masa kan terbuang bagi membawa mereka pulang kerana tetamu sentiasa berkunjung ke rumahnya. Unta-unta itu adalah untuk segera disembelih buat hidangan para tetamu. Setengah penterjemah mengatakan bunyi kecapi itu adalah tanda hormat menyambut kedatangn tetamu. Apabila mendengar bunyi itu maka unta-unta itu akan mengerti bahawa mereka akan disembelih lantaran tetamu telah tiba. Mengikut adat orang Arab, makna ini lebih tepat lantaran tetamu teruis dira'i dengan minuman, makanan dan bunyi-bunyian menyebabkan unta-unta itu sedar waktu makan akan tiba dab mereka akan disembelih. Ummu Zar-a' Wanita Kesebelas berkata : " Suamiku ialah Abu Zar-a'. Siapakah Abu Zar-a'? Dia telah menghiasi telingaku dengan anting-anting dan membuat tubuhku berisi. Dia membuat aku rasa gembira dan mulia. Aku diambil dari keluarga miskin yang memiliki hanya beberapa kambing dan dibawa kepada keluarga mewah yang memiliki kuda, unta, kerbau untuk membajak dantanah ladang. Dia tidak pernah kasar atau memarahiku. Aku tidur nenyak hingga ke pagi dan tiada siapa diizinkan mengejut aku. Apabila aku kenyang, aku tinggalkan saja makanan yang melimpah ruah. Siapakah Umm Abu Zar-a' (ibu mertuaku)? Alat masaknya besar sentiasa penuh. Rumahnya luas (wanita kaya yang tidak bakhil, rumahnya sentiasa meraikan ramai tetamu). Siapakah Ibnu Abu Zar-a' (anak lelakinya)? Dia adalah cahaya hati, kurus dan ramping seperti ranting atau sebilah pedang. Sepotong daging kambing sudah cukup memenuhi perutnya. (iaitu gagah bagai perajurit dan tidurnya sebentar diruang yang kecil). Dia makan laksana pahlawan. Makanannya cuma dua atau tiga potong daging. Siapakah anak gadis Abu Zar-a'? Dia seorang yang taat kepada ibu bapanya, tubuhnya montel serta sihat membuat isteri kedua cemburu. (madunya cemburu diatas kejelitaanya. Bagi orang Arab, lelaki idaman ialah tinggi lampai dan bagi wanita ialah berisi serta sihat). Siapakah Jariah Abu Zar-a'? Dia tidak pernah bawa mulut tentang rumah tangga kami, tidak mengambil makanan tanpa izin. Rumah dijaga bersih tidak berselerak (kehidupan berlalu dengan baik). Pada suatu pagi ketika susu sedang diadun (bancuh), Abu Zar-a' telah keluar. Dia bertemu seorang wanita yang mempunyai 2 orang anak yang lincah bak harimau kumbang. Mereka asyik bermain dengan buah delima dibawah pinggang ibunya (bermain di ibarat harimau dan buah delima mungkin buah yang dibuat mainan atau mungkin bermaksud buah dada wanita itu). Dia jatuh hati pada wanita itu lalu menceraikan aku dan mengahwini wanita itu. Riwayat yang lain menyebut, dia kahwin wanita itu kemudian menceraikan aku. Kemudian aku berkahwin pula dengan seorang bangsawan lain yang baik. Dia memberi daku berbagai hadiah serta ternakan dari unta, lembu, kambing dan lain-lain berpasangan seraya berkata, "Makanlah sebanyak mana yang kamu suka dan berilah kepada kedua orang tuamu sebanyak mana yang kamu mahu". Andainya daku sebut sekalian kebaikannya, ia masih tidak dapat menyaingi walaupun pemberian kecil Abu Zar-a' kepadaku." Saidatina Aisyah r.anha berkata, : " Setelah Baginda Rasulullah s.a.w. tamat bercerita, Baginda bersabda kepadaku ," Aku bagimu adalah juga seperti Abu Zar-a' bagi Ummu Zar-a'." Ulasan : Di dalam hadith yang lain, Rasulullah s.a.w. juga bersabda, " Daku tidak akan menceraikan kamu." Disebut di dalam Tabrani bahawa Ausyah r.a. berkata, " Ya Rasulullah, andainya ibu dan bapaku dikorbankan untuk kamu, Padaku engkau lebih baik dari Abu Zar-a'". (hadith Riwayat Bukhari, Muslim, dan Tirimizi)

Adab Berjimak

Betulkan niat, kahwin sebagai perintah Allah dan sunnah Nabi SAW. Hargai pasangan; jangan sentuh bab perkauman, suku sakat, keturunan etc Jangan mengungkit kesalahan dan mencari kekurangan. Jika mahu marah, marah dengan hikmah, bukan dengan nafsu. Anggap mentua sebagai ibu sendiri. Jangan paksa berhenti kerja, biar isteri buat keputusan sendiri. Pada malam pertama sebelum buat apa-apa, zihin kepada isteri maksud hidup. Harap isteri boleh faham. Hidup adalah untuk mencari redha Allah. Perkahwinan adalah jalan menuju ke arahnya. Suami kena banyak bersabar. Jangan guna kuasa veto walaupun kuasa sebenarnya di tangan lelaki. Puji masakan isteri. Suami jangan selalu sangat makan di luar, nanti isteri kecil hati. Jika hendak makan di luar, bawa isteri bersama-sama atau belikan makanan yang kita makan bawa balik rumah. Suami kena khidmat buat kerja rumah. Adab berjimak: Para lelaki diingatkan supaya tidak mengamalkan onani atau melancap kerana ia memudaratkan mental dan fizikal. Elakkan makan apa-apa ubat kuat seks. Semuanya mengarut saja. Sebelum mula beraksi, lakukan terlebih dulu adegan-adegan ringan dengan bermesra-mesraan, bercumbu-cumbuan.
Jika pengantin yang baru hendak main, eloklah pakai personal lubricant (pelincir) untuk melindungi faraj si isteri daripada terluka kerana tertusuk anu buat kali pertama. Tapi, setelah dah lama, tak perlu pakai lagi. Boleh dapatkan kondom yang berjenama DUREX dan pelincir KY. Hisap puting perlahan-lahan sambil jari jemari mengusik biji faraj untuk menimbulkan rasa ghairah. Bila sudah keluar mazi, boleh tusuk anu secara perlahan-lahan sambil meneruskan isapan puting. Baca doa berjimak. Dayung perlahan-lahan. Jangan kuat-kuat kerana faraj wanita sangat sensitif. Apabila sudah selesa, boleh teruskan dayungan. Ajar isteri main lebih ganas kerana wanita biasanya sangat pemalu dan tidak tahu berjimak. Tapi, bila dah lama-lama, dia akan makin terror. Kaki jangan lipat supaya tidak kejang. Sekali sekala boleh tukar posisi. Lapik bantal pun bagus juga. Seeloknya bersetubuh dalam keadaan berselimut. Main sampai puas. Suami tak boleh berhenti sebelum isteri pancut. Kena bagi sama-sama rasa nikmat. Apabila dah selesai, ambil sehelai kain yang bersih, letakkan pada tundun isteri, tekan tundun dengan tapak kaki, pegang tangan dan tarik beberapa kali. Untuk mengejapkan farajnya agar sentiasa ketat. Maklumat tambahan Membersihkan diri sebelum berjimak seperti mandi, bersugi, mencukur bulu ari-ari dan sebagainya Pilih masa dan tempat yang selesa dan jauh dari gangguan tetamu dan ahli keluarga Berwuduk terlebih dahulu Tidak dalam keadaan terlalu kenyang atau terlalu lapar Tidak tergesa-gesa Menutup tubuh badan dengan selimut. Membasuh kemaluan dan berwuduk jika ingin mengulangi jimak Jangan melakukan perkara yang diharamkan seperti berjimak di siang hari bulan Ramadhan, ketika isteri sedang haid atau berjimak melalui dubur Elakkan melakukan aksi yang memudaratkan kedua belah pihak Suami hendaklah sentiasa menjaga kesihatan, pemakanan dan kekuatan tenaga lahir dan batin Jangan menyamakan rupa tubuh badan isteri dengan tubuh badan mahram seperti ibu, adik, kakak dan sebagainya. Berehatlah setelah melakukan jimak Segera mandi dan solat Subuh apabila masuk waktunya. Tip Berjimak Fikirkan kepuasan isteri Memakai wangian Berkomunikasi dengan lembut Bersentuhan Berciuman Membaca doa Bersolek bagi isteri Bergurau senda

Laporan sebahagian Ijtimak KL 2012

Fasa pertama Ijtimak telah pun berakhir. Kesibukan melampau menjadi sebab blog ini lama tidak ter'update'. Rombongan ulama dan orang lama dalam usaha dakwah dan tabligh telah pun bergerak ke Sri Iskandar,Perak dalam siri ijtimak di sana pula. Subhanallah,jangkaan 20,0000 umat Nabi Salallahu A'laihi Wasallam telah hadir pada ijtimak kali ini. Dengan kepanasan yang membahang,kekurangan air untuk mandi dan wuduk, masjid yang sesak, dan pelbagai lagi kesulitan amat memedihkan nafsu yang selalu cuba tidak pernah rasa untuk senang. Mudah-mudahan dengan sedikit kesusahan ini, Allah Taala menerimanya agar adanya amalan di dunia yang diterima untuk ditunjukkan kepada Allah. Semoga Allah menerima amalan kita semua. Bayan mula pada hari Sabtu,selepas Asar. Bhai Farouq,eldest daripada India diputuskan untuk bayan Asar. Dan bayan Bhai Farouq berkisar tentang kepentingan 5 amal masjid. Diterjemahkan oleh syura Malaysia,Sheikh Mydin. Dan beliau menerangkan bagaimana untuk buat kerja dakwah mengikut cara yang dikehendaki oleh masyaikh. Apa yang paling aku ingat ialah, "Kita kena jaga anak-anak muda.Kalau kita tidak jaga, maka mereka akan jadi penyebar kesesatan." BAYAN MAGHRIB Bayan Maghrib pada malam itu dibayan oleh Maulana Qasim. Amir jemaah yang bergerak dalam tour ijtimak-ijtimak di Malaysia. Bayan Maulana sangat menyentuh jiwa qalbu, apabila beliau menceritakan tentang si jantung hati, Habibil Mustafa Salallahu A'laihi Wasallam. Kehidupan Nabi Salallahu A'laihi Wasallam dibongkar pada malam tersebut. Dan cerita itu dihikayatkan kepada kami untuk diambil pengajarannya. Bahawa piawaian kejayaan disisi Allah bukan terletak pada dunia yang hina. Akan tetapi pembawaan agama yang sempurna yang diterjemahkan dalam kehidupan kita. Kata Maulana Qasim, sekiranya kejayaan Allah letakkan di dalam dunia,harta dan sebagainya, maka makhluk yang paling layak untuk dapatkan kejayaan ini ialah Nabi Muhammad Salallahu A'laihi Wasallam. Akan tetapi apabila kita melihat pada kehidupan Nabi Muhammad Salallahu A'laihi Wasallam maka kita lihat kehidupan beliau susah. Rumah yang kecil. Kelaparan membelenggu rumah Nabi selama 2 bulan. Hanya makan tamar dan air sahaja untuk dialas perut mereka. Tidak ada minyak sapi. Tidak ada sumber lain. Maulana berkata, hari ini ibu bapa fikir mahu menyenangkan anak mereka. Tidak mengapa ibu bapa susah,akan tetapi anak-anak biarlah senang. Lihatlah kepada kehidupan wanita syurga,Fatimah radhyiallahu anha. Satu ketika Nabi Salallahu A'laihi Wasallam telah bertandang ke rumah beliau bersama seorang sahabat. Fatimah tidak membenarkan ayahandanya Salallahu A'laihi Wasallam bersama sahabat yang mengiringi kerana tidak ada pakaian yang sempurna untuk ditutup di hadapan lelaki ajnabi. Allahu Allah! Maulana Razif menterjemahkan bayan Maulana Qasim begitu baik sekali. BAYAN ULAMA Alfaqir sebenarnya rasa tak layak untuk duduk dalam bayan khas untuk ulama. Nak duduk pada halqah IPT dah graduate pula. Terjumpa rakan seusaha dari Batang Kali, duduk-duduk datang pula laki Akak Rockers, "Eh ustaz kena duduk dalam bayan. Meh aku bawak. Aku pun nak dengar apa yang Maulana pesan" Alfaqir hanya setuju dan ikut sahaja si Angah.Bayan diadakan di bilik mesyuarat Malaysia. Tapi yang masuk hanya alfaqir.Eh eh mana pulak si Angah ni. Duduk la alfaqir keseorangan.Ternampak pula Ustaz Gunawan, Ustaz Umar dari Batang Kali. Ada juga pengajar Sri Petaling yang duduk sekali. Ada Maulana Ali, Maulana Hamzah dan lain-lain. Bayan Ulama disampaikan oleh Maulana Umar. Diterjemahkan oleh Sheikhul Hadis, Imam Besar Masjid Jamek Sri Petaling, Pengajar Sahih Bukhari, Syura Malaysia, Maulana Abdul Hamid. Maulana bayan memang panjang. Oh ya,Mufti Perak, Tan Sri Harussani juga turut hadir dan duduk dalam bayan ulama. Paling menyentuh hati ialah sewaktu Maulana Umar mengakhiri bayannya dengan kisah laporan khuruj Maulana di Russia dan Mongolia. LAPORAN MAULANA UMAR DI RUSSIA "Saya mengakhiri bayan saya dengan menceritakan 20 tahun lalu. Sewaktu saya keluar di Rusia. Disatu masjid,kami duduk di sana selama 3 bulan setengah. Jemaah kami bergerak selama 5 bulan setengah. Semasa kami duduk di masjid tersebut, kami berjumpa dengan Muslim yang duduk 60-70 km dari masjid tersebut. Kemudian kami dengar ada eorang Sheikh yang menetap di sana. Orang tempatan bertanya kepada kami,"Nak pergi ziarah tak seorang Sheikh, Muhaddith besar yang menetap di sini?" Jawab kami (Maulana bersama 3 orang ahli jemaah) berkata "Ya" Setelah appointment di buat, mereka bergerak untuk bertemu Sheikh tersebut lepas Asar. Sesampainya kami di sana,seorang budak lelaki telah buka pintu dan beliau telah menjerit tetamu sudah sampai. Sheikh tersebut sakit tenat.Hanya terbaring di atas katil. Tetapi apabila kami sampai,keadaan mengejutkan ialah Sheikh tersebut berdiri dan bergembira dengan kedatangan kami. Kami bersembang dengan Sheikh tersebut dan kami bertanya apakah asbab tempat kamu dilanda fitnah(ujian) komunis? Sedangkan tempat kamu banyaknya ulama hadis lahir di sini. Jawab Sheikh tersebut,"Apabila soalan ini ditanyakan kepada saya 20 tahun dahulu, maka saya tidak boleh menjawabnya. Dan soalan ini telah diajukan pada saya dan saya kena menjawabnya juga" Jemaah Maulana tidak faham apa yang hendak disampaikan oleh Sheikh tersebut. "Sewaktu saya balik dari Al Azhar As Syariff, saya mengajar di madrasah. Dan kami semua sibuk dengan madrasah,usahakan atas ilmu. Dan ruangan kami terbatas pada dinding madrasah sahaja. Kami tidak menghiraukan orang awam yang berada di sekeliling kami. Sekiranya 20 tahun dahulu kami buat tabligh, InsyaAllah fitnah ini tidak melanda kami" Kata Maulana Umar, pihak batil tidak akan datang kepada kamu (iaitu ulama) . Akan tetapi mereka akan pergi kepada orang awam dan akan merosakkan mereka. Sebelum mereka tangguh dari pertemuan tersebut, Maulana minta supaya Sheikh tersebut mendoakan mereka. Sheikh tersebut jawab, nak berdoa, dia ada syarat. Iaitu makan makanan yang halal. Sejak fitnah ini melanda kami,entah makanan apa yang disuapkan/ diberi kepada saya. Kamu semua sahaja yang kena doakan saya. Kamu musafir, dan doa kamu semua makbul. LAPORAN MAULANA UMAR KE MONGOLIA. Kami hanya dapat 12 hari sahaja ke Mongolia. Sewaktu kami di sana,orang Mongolia sangat terkejut dengan kedatangan kami. Mereka mengeluarkan gambar datuk mereka,janggut mereka sama dengan janggut kami. Mereka (orang Mongolia) memegang janggut kami dan suka dengan kehadiran kami. Sepanjang 12 hari kami hanya mengajar mereka kalimah iman. Tidak sempat untuk ajar mereka tentang solat dan lain-lain. Pada waktu kami hendak keluar dari Mongolia, mereka sangat sedih. Dan mereka cakap kepada jemaah kami, beritahulah pada kawan-kawan kamu agar datang ke sini dan ajarkan agama pada kami. SEBAK Sheikhul Hadis Maulana Hamid sebak sewaktu menterjemahkan laporan di Mongolia. Dan dalam keadaan sebak beliau cakap kepada majma' ulama yang hadir, "Tuan-tuan umat menantikan kedatangan tuan-tuan." BAGI NAMA UNTUK SETAHUN Majma' yang hadir diminta untuk bagi nama khuruj setahun. Alfaqir hanya menunduk. Kelu. Tak mampu untuk bangun dan berazam untuk tunaikan kehendak Maulana keluar setahun. Ketika di tashkil 40 hari, barulah al faqir azam untuk keluar ke Sabah pada Syaaban sehingga Ramadan. BERTAUBATLAH WAHAI PENULIS BLOG Ya Allah,kami minta ampun padamu. Atas dosa-dosa kami yang menimbun. Dan juga kesalahan kami dalam meninggalkan usaha dakwah. Kerana asbab kerja dakwah ditinggalkan, maka usaha batil telah membelenggu umat. Umat telah keluar dari agamaMU berbondong-bondong, Dan kami terus membiarkan mereka di bakar kedalam neraka. Ya Allah,keinginan kekasihMU agar umatnya selamat dari api neraka. Tetapi kami,yang belajar agama pun masih tidak lagi mengamalkan agama. Kehidupan agama hanya pada kitab-kitab kami. Kami tidak terjemahkan dalam kehidupan kami. Ya Allah, pasti dan pasti Nabi bersedih melihat amalan umatnya yang teruk, Kami tidak menghargai dan tidak mensyukuri langsung pengutusan kekasihMU Ya Allah Ya Rahim, Ampunkan aku terutamanya Ya Allah. :'( Nukilan dari: insanbiasayglemah.blogspot.com

Thursday, March 29, 2012

usaha dakwah & tabligh

Ustaz Muhammad Qosim At-Timori menukilkan asas-asas usaha dakwah seperti yang terdapat di dalam buku Panduan Khuruj Fi Sabilillah 2003.

Asas-asas Usaha Dakwah dan Tabligh

1. Usaha melalui individu atau usaha berjemaah dan bukan usaha ijtima' besar-besaran (organisasi, persatuan etc.)
Usaha dakwah ini tidak mengandalkan bayan atau ceramah atau kefasihan dalam berbicara akan tetapi kerja, zuhud. Inilah usaha yang mesti dikerjakan oleh setiap individu, atau mesti dilakukan dalam berjemaah. Kebiasaannya dalam sebuah persatuan, hanya yang mempunyai jawatan biasanya melakukan kerja manakala ahli-ahli lain hanya mengikut tanpa memainkan peranan tertentu.

2. Usaha melalui hati dan bukan pemikiran. Sejauh mana hati kita menangis, sejauh mana hati kita risau atau sejauh mana terbakarnya hati, atau sejauh mana risau runsingnya hati, bukan bagaimana pemikiran kita bekerja, atau bagaimana pemikiran kita membuat rancangan, atau bukan bagaimana pemikiran falsafah yang tinggi untuk mendapatkan idea.

3. Usaha melalui qadam dan bukan kalam. Asas usaha ini adalah pergerakan kaki dan bukan penamu. Sejauhmana kaki kita bergerak, sejauh mana kita bergerak melalui kaki-kaki kita. Sebab kita mesti pergi kepada khalayak ramai. Mereka yang sudah datang ke masjid mereka mencintai agama. Sedangkan mereka yang belum datang ke masjid belum mencintai agama. Oleh kerana itu maksud dakwah adalah untuk orang-orang ini. Jemaah yang sudah datang ke masjid kita beri ta'lim. Usaha ta'lim dengan duduk dalam majlis. Akan tetapi dakwah dengan terjun ke bawah, kita pergi dari manusia ke manusia, dari rumah ke rumah, maksudnya sejauh mana kita bergerak dengan kaki-kaki kita, kerana kerja ini bukanlah kerja 'sasterawan'. Kita harus berenang dalam lautan manusia, menyelam dalam laut dan mendapatkan mutiara-mutiara. Kita berusaha mendapatkan sedemikian orang yang dapat menerima fikir iman dan amal.

4. Usaha melalui Jan dan bukan Mal, usaha melalui diri bukan harta. Mal (harta) adalah keperluan bagi kita, mal untuk kesenangan kita. Sebagai umpama: jika kita hendak menghafalkan surat Fathihah, apakah kita mesti membelanjakan ratusan ribu atau jutaan ringgit untuk menghafal? Tentu tidak! yang diperlukan adalah masa dan kesungguhan. Kerana itu tasykil (ajakan) kita adalah orangnya bukan wangnya atau hartanya. Apabila kita hendak mentasykil, seseorang katakan bahwa "kami perlukan diri tuan dan bukan wang tuan".

5. Dengan tawadhu dan bukan aninah. Asas usaha dakwah adalah merendah diri dan bukan sombong atau membanggakan diri. Sombong adalah sifat syaitan. Kita mesti merasa tidak ada apa-apa. Saya ini kecil. Kita mesti merendah diri. Sebagaimana pohon apabila sarat dengan buahnya maka ia menunduk. Atau seperti timba apabila hendak menimba air, maka harus direndahkan. Demikian pula apabila kamu mahu menundukkan hati maka kamu akan dapat buat usaha dalam semua kalangan masyarakat, jika tidak kamu akan mengalami berbagai kesulitan.

6. Dengan damai dan bukan perang (bermusuhan). Kita mesti berdamai dengan semua orang baru kita akan dapat buat usaha.

7. Usaha melalui ittihad dan bukan ikhtilaf.
Asas usaha dakwah adalah kesatuan dan bukan perbezaan. Kita berusaha menjauhi sebarang perbezaan. Banyak perkara yang dapat kita cari yang membawa kepada persatuan. Jika kita hendak menyatukan umat, maka seboleh mungkin jauhkan hal-hal yang membawa kepada perpecahan.

8. Usaha melalui mesyuarah dan bukan melalui dictatorship
. Mesyuarah adalah mengambil syor (cadangan) atau pendapat sebelum membuat keputusan. Apabila sudah diambil keputusan maka semua bersifat sami'na waato'na. Keputusan dibuat oleh amir, bukan berdasarkan undian majoriti. Seorang diktator tidak memerlukan mesyuarah, tidak memerlukan pendapat orang lain. Dalam perkara-perkara kolektif yang berkaitan ummat, maka mesyuarah adalah sangat penting. Mesyuarah itu perintah Allah dan sunnah Rasulullah.

9. Amru bil ma'ruf dan bukan nahi 'anil munkar. Asas usaha dakwah kita adalah yad'una ilakhair, menyeru kepada yang baik. Sebagaimana enam sifat kita semua ma'ruf. Apabila gelap maka adakanlah lampu. Apabila amal yang baik hidup maka amal-amal buruk akan pergi. Ketika muadzin melaungkan adzan, apa yang ia serukan? Ia tidak membuat larangan-larangan atau jangan buat ini atau itu. Dengan demikian usaha dakwah kita ialah mengajak manusia: Hai saudara! marilah ke masjid, mari duduk ta'lim, mari hadir dalam mesyuarah, mari duduk dalam majlis, mari ikut jaulah, mari ikut keluar khuruj di jalan Allah, inilah dakwah kita. Bayi yang baru lahir memerlukan ASI (Air Susu Ibu) yang segar dari ibunya bukan daging dan buah-buahan.

10. Usul dan bukan Furu
. Asas usaha dakwah kita adalah usaha atas akar dan bukan cabang-cabangnya.

11. Qulyah dan bukan Juz'iyah
. Hal-hal yang bersifat universal, hukum-hukum yang umum akan diterima oleh semua orang, tetapi berhati-hati kerana diantaranya terdapat banyak masalah yang membawa kepada khilafiah. Sebagai contoh: mengajak kepada solat dapat diterima oleh semua orang, tetapi perbahasan solat secara detail terdapat masalah masail.

12. Ijmal dan bukan Tafshil.
Ijmal ertinya singkat, tepat, pendek dan bukan tafsir ertinya huraian-huraian secara panjang lebar, penjelasan, perbahasan secara mendalam. Usaha dakwah adalah declaration (keterangan atau maklumat), kerana itu mesti pendek, tepat dan ringkas.

13. Tamsir bukan Tanfir
. Tamsir ertinya khabar gembira dan bukan tanfir ertinya khabar buruk, kebencian. Dalam usaha dakwah ini kita sampaikan khabar gembira. Memberitahu keutamaan-keutamaan, pahala-pahala, fadhilat-fadhilat, menyampaikan perkara-perkara yang manis, supaya semua orang dapat menerimanya. Jangan kita mengkritik, menyakiti perasaan orang lain dan kita mencerca atau melukai.

14. Istidar dan bukan Ishtihar. Istidar maknanya secara senyap-senyap dan bukan Ishtihar ertinya propaganda dengan publisiti untuk mempamerkan kehebatan. Maulana Ilyas rah.a berkata: "Sekiranya usaha ini telah berjalan 1000km pun tetapi kita mesti merasa masih pendek." Usaha ini adalah kerja kerohanian yang berkaitan dengan iman yakin, dan ikhlas. Sifat-sifat ini ada di dalam hati dan bukan untuk kemahsyhuran.

15. Akhirat dan bukan Dunia
. Setiap orang berfikir untuk memperbaiki kehidupan dunia mereka, sebaliknya, semua nabi memberitahu manusia tentang kesenangan akhirat. Setiap orang berfikir bagaimana dunia saya dapat lebih baik, sebaliknya, Da'i berfikir bagaimana akhirat saya menjadi lebih baik.

Wallahu a'lam.

Sumber: karkuzaridakwahiman.blogspot.com